Ditulis oleh: Sirajudin Hasbi
Barcelona
kalah 0-2 dari AC Milan di San Siro sehingga langkah mereka ke perempat
final Liga Champions musim ini pun sulit. Peluang meraih Copa Del Rey
juga pupus setelah kalah 1-3 (2-4 dalam agregat 2 leg) dari Real Madrid
di Nou Camp.
Benarkah Barcelona sudah bosan juara?
Itu
kesimpulan yang terlalu dini, Barcelona masih terlihat bersemangat
meraih semua trofi yang tersedia musim ini. Adalah wajar bila sebuah
klub mengalami penurunan penampilan di tengah musim kompetisi yang
panjang nan melelahkan.
Melihat statistik, Barca masih superior.
Sejak diasuh Tito Vilanova, pada tahun 2012 saja Barcelona mencatat 24
kemenangan, 2 imbang, dan 2 kalah. Persentase kemenangan 86 persen.
Sejauh ini di La Liga, Barcelona bisa bertengger di peringkat pertama
dengan 68 poin. Mereka mencetak 82 gol dan hanya kemasukan 28 gol.
Unggul 12 poin dari Atletico Madrid dan 16 poin dari rival bebuyutannya,
Real Madrid.
Pencapaian Barcelona ini tetap dengan
mengandalkan tiki-taka. Di La Liga musim ini, rata-rata akurasi operan
mencapai 90 persen dan rata-rata penguasaan bola 62 persen. Mereka juga
mampu menghasilkan 272 serangan yang membahayakan gawang musuh dengan
rata-rata akurasi tembakan pemain Barcelona 57 persen.
Meski
kalah dari AC Milan dan Real Madrid, Barcelona tetap dominan. Melawan
Milan, Barcelona menguasai bola 72 persen. Namun, hanya mencetak tujuh
percobaan tendangan ke arah gawang dan hanya satu yang pas target.
Berbeda dengan Milan yang hanya menguasai 28 persen bola tetapi bisa
melancarkan 8 kali tembakan dengan tiga pas target dan menghasilkan dua
gol.
Sementara itu, ketika kalah dari Real Madrid, penguasaan
bola Barcelona mencapai 70 persen. Kembali tidak efektif dengan
mencatatkan tembakan 10 kali dan hanya dua yang pas target. Sementara
Madrid dengan 10 kali percobaan, tiga di antaranya pas target dan
menghasilkan tiga gol pula.
Lantas mengapa Barcelona mengalami dua kekalahan penting dalam 3 pertandingan terakhir?
Ada
banyak hal yang kiranya bisa menjadi alasan. Pertama, kehilangan Tito
Vilanova yang menjalani perawatan kesehatan, membuat Jordi Roura
sementara mengambil alih tugas memimpin anak-anak Catalan. Roura, orang
asli Catalan yang lahir pada 10 September 1967 di Llagostera, Catalonia
juga mengenyam akademi La Masia. Namun, kariernya sebagai pemain tidak
cemerlang meski sempat bermain untuk Barcelona di masa Johan Cruyff.
Roura
selama Pep melatih Barcelona bertugas sebagai analis musuh. Kemudian
posisinya meningkat menjadi asisten Tito dan untuk sementara memegang
kendali utama Barcelona. Ini jelas bukan pekerjaan mudah. Kegiatan untuk
menganalisis lawan saja sudah berat, apalagi diberi tambahan beban
untuk mengatur formasi keseluruhan dan memotivasi pemain. Pemain pun
nampak merasakan betul kehilangan Tito Vilanova.
Lionel Messi
yang sedang tampil tidak sebagus biasanya menambah rumit persoalan
Barcelona. Messi sejauh ini sudah mencetak 38 gol di La Liga saja.
Pemain lain seperti Pedro, Fabregas, Villa, Xavi, Adriano, Alba dan
lainnya juga mampu mencetak gol, namun jumlahnya tidak terlalu
signifikan jika dibanding Messi.
Jadi, tanpa Messi dalam
performa terbaiknya, sulit bagi Barca untuk membobol gawang lawan.
Variasi serangan Barcelona yang kurang efektif membuat mereka kesulitan
menghadapi lawan yang tangguh, sudah tahu cara bermain mereka, bermain
disiplin, dan efektif.
Lini belakang Barcelona rawan untuk
ditembus lawan yang memiliki penyerang tajam dan memiliki kemampuan
sprint dengan giringan bola bagus. Dua gol Real Madrid yang dicetak oleh
Cristiano Ronaldo berawal dari ini. Dua pemain tengah-belakang
Barcelona, Puyol dan Pique kedodoran untuk serangan balik cepat lawan.
Ini ditambah dengan peran bek hibrida yang diperankan oleh Sergio
Busquets mulai menghilang karena adanya perubahan formasi. Tanpa
dukungan dari Busquets, jantung pertahanan Barcelona terlalu mudah untuk
ditembus lawan.
Bagaimanapun terlalu dini untuk menghakimi
bahwa Barcelona sudah tidak sekuat ketika dipegang oleh Pep Guardiola.
Barcelona sejak ditangani oleh Pep Guardiola mulai musim panas 2008
memang kerap menurun penampilannya di bulan Februari.
Persentase kenangan saat Februari pun selalu di bawah rata-rata persentase kemenangan dalam satu musim. Lihat tabel berikut ini:
Tahun Persentase Kemenangan Persentase Kemenangan dalam Satu Musim
2009 50% 68%
2010 60% 76%
2011 67% 73%
2012 71% 73%
2013 50% 76%
Melihat
statistik di atas, wajar jika Barcelona tidak bisa menunjukkan
penampilan terbaik selama Februari 2013. Lagipula, sudah menjadi hal
yang wajar jika sebuah tim mengurangi kecepatannya di tengah lomba
marathon seperti ini. Pemain juga manusia, bisa jenuh dan lelah luar
biasa.
Memang Barcelona kalah di dua partai penting tetapi itu juga diderita dari lawan kuat.
Pendukung
Barcelona tak perlu terlalu khawatir. Di tahun 2009 Barcelona bisa
meraih enam trofi. Tetapi, mungkin untuk musim ini Barcelona hanya akan
meraih La Liga. Terlalu banyak masalah yang menghinggapi Barcelona musim
ini, mulai dari ditinggalkan Pep, sakitnya Tito, dan hal lain yang
sudah kita bahas sebelumnya.
Bagaimanapun, Barcelona tetap
layak disebut sebagai salah satu yang terbaik di dunia saat ini dan
mereka masih memiliki nafsu untuk juara.
Sumber
0 komentar:
Posting Komentar
1 Komentar Anda adalah sangat berarti bagi kami, karena bagi kami komentar anda membuat semangat bagi kami ...
Komentar yang mengandung SARA,SPAM, BERKATA KOTOR, MENGHINA, atau kata yang tidak bagus untuk di lihat/dibaca akan di delete/di hapus.